Larangan bulan sunda

Dalam masyarakat Sunda dikenal banyak sekali aturan yang mengatur kehidupan pribadi maupun bermasyarakat, tentu saja hal ini ditujukan untuk kebaikan umat manusia sebagai bentuk keselarasan hidup antara satu dengan lainnya yang mana aturan-aturan tersebut mencakup hampir keseluruhan elemen daripada hidup manusia.

Larangan bulan dalam kehidupan sehari-hari

Salah satunya yaitu larangan bulan, yang mana berarti sebagai larangan dalam melakukan kegiatan besar di hari-hari pada bulan tertentu.

Larangan bulan ini bukan merupakan larangan mutlak karena memang pada dasarnya tidak ada aturan yang melarang hal seperti ini dalam agama manapun

Larangan bulan ini hanya dasar daripada pola hidup yang teratur yang setidaknya bisa membuat kita lebih berhati-hati dalam melakukan atau menjalankan sesuatu sehingga tak ada keharusan ataupun paksaan untuk setiap orang supaya menjalankan aturan ini.

Hanya jika kita percaya dan mau meluangkan waktu sedikit untuk berpikir maka akan terasa sangat berbeda sekali perbedaannya ketika kita menjalankan aturan tersebut dibandingkan dengan jika kita tidak menjalankan.

Penghitungan larangan bulan Sunda

Hitungan larangan bulan

Larangan bulan ini dihitung setiap 3 bulan dan masing-masing di dalamnya terdapat 'Kala' di mana Kala ini berarti sebagai sesuatu yang harus dihindari yang disesuaikan ke dalam bentuk arah mata angin, maka dari itu kita akan coba berikan deskripsi terhadap masing-masing larangan bulan agar lebih paham.

1. Syawal, Hapit, Rayagung larangan pada hari Jumat, Kala berada di Utara.

   • Hijriah : Syawal, Dzulkaidah, Dzulhijjah

2. Muharram, Safar, Mulud larangan pada hari Sabtu dan Minggu, Kala berada di Timur.

   • Hijriah : Muharram, Safar, Rabi'ul Awal

3. Silih Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir larangan pada hari Senin dan Selasa, Kala berada di Selatan.

   • Hijriah : Rabi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir

4. Rajab, Ruwah, Puasa larangan pada hari Rabu dan Kamis, Kala berada di Barat.

   • Hijriah : Rajab, Syaban, Ramadhan

Contoh penerapan larangan bulan

Sebagai contoh, jika kita hendak melaksanakan sebuah kegiatan penting terutama kegiatan besar yang melibatkan masyarakat banyak yang dilaksanakan pada bulan Syawal, Hapit dan Rayagung maka akan lebih baik seandainya kita menghindari hari Jumat atau tidak melaksanakan kegiatan pada hari Jumat. Namun jika kita harus bepergian pada bulan-bulan tersebut maka usahakan untuk tidak pergi ataupun tidak secara langsung pergi ke arah utara.

Akan tetapi, jika kita harus melaksanakan kegiatan tersebut pada bulan, hari dan arah yang dilarang karena kegiatan tersebut bersifat darurat atau ada hal mendesak lainnya yang tidak dapat ditoleransi maka biasanya kita harus bertanya terlebih dahulu kepada seseorang yang ahli dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi.

Syarat-syarat yang diminta pun biasanya tidak terlalu mahal dan memberatkan karena ini bukan perdukunan. Hanya beberapa barang yang agak sulit ditemukan karena sudah ataupun memang jarang ada seperti contohnya ayam cemani asli yang berbulu hitam seluruhnya tanpa ada bulu berwarna lain.

Entah apa maksudnya dengan barang-barang unik tersebut yang pasti selama hal tersebut masih bersifat positif dan tidak melanggar aturan bermasyarakat maka hal itu wajar saja.

Manfaat larangan bulan

Larangan bulan ini biasa diterapkan pada kegiatan hajatan seperti pernikahan ataupun khitanan dan juga liburan serta pindah rumah dan ataupun akan membangun dan merenovasi rumah.

Tak cuma itu, ketika seseorang akan mencari pekerjaan baru atau akan melamar pekerjaan, larangan bulan tersebut juga terkadang dipakai.

Dengan adanya hitungan larangan bulan tentu ada juga fungsi yang menyertainya yaitu untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan atau dengan kata lain yaitu untuk memperkecil kesempatan kita mendapatkan sial. Jadi, larangan bulan ini fungsi utamanya adalah menghindari sial dan melancarkan kegiatan, dan bukan untuk mendapatkan keberuntungan.

Sebenarnya terdapat banyak sekali contoh yang ingin disampaikan terutama mengenai orang-orang yang paham akan larangan bulan namun mereka melanggarnya. Akan tetapi banyak diantaranya yang terlalu tragis untuk diceritakan.

Info Unik :

Menurut cerita orang tua, pada zaman dahulu jika perayaan hari besar Lebaran jatuh pada hari Jumat maka beberapa masyarakat adat Sunda lebih memilih untuk mengundurnya menjadi hari Sabtu.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa setiap bulan-bulan tertentu kita hendaknya berhati-hati dalam melaksanakan kegiatan apapun. Bagi orang yang percaya seperti penulis blog aLeziana ini maka uraian di atas sangatlah terasa manfaatnya jika hanya untuk meningkatkan kewaspadaan. Dan ini sangat baik selama hal itu masih dalam bentuk yang positif.

Catatan lain

Penghitungan larangan bulan bisa jadi berbeda di setiap daerah. Itu dikarenakan masyarakat Sunda saat ini sudah terbagi-bagi menjadi banyak golongan. Ada yang menganut paham modern, ada juga yang masih klasik, bahkan adapula yang menganut keduanya. Hal itu bisa dibuktikan melalui bahasa, kosakata dan logat bicara yang berbeda-beda.

Pengetahuan tentang larangan bulan Sunda ini aLez dapat dari para sesepuh dan juga orang tua sendiri bukan dari blog dan situs lain sehingga aLez dapat melengkapinya dengan penjelasan dan juga contohnya supaya para pembaca tidak salah paham mengenai aturan-aturan yang ada di dalam larangan bulan Sunda.

Itu saja, semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda masyarakat Sunda yang sedang mencari informasi tentang larangan bulan Sunda yang memang pada dasarnya sekarang ini banyak sekali masyarakat Sunda yang ingin kembali menghapal atau mempelajari aturan-aturan Sunda yang sempat populer pada zaman dahulu.

© aLeziana