Nasib menyedihkan Meong Congkok, kucing hutan paling lucu
Meong Congkok atau Kucing Kuwuk adalah kucing hutan dari keluarga Kucing Leopard/Macan Tutul (Prionailurus Bengalensis) yang menghuni hutan di Indonesia. Kucing ini juga disebut sebagai Macan Akar di beberapa wilayah lain di Indonesia.
Kita menyebutnya sebagai Meong Congkok untuk membedakannya dari Macan Leopard. Karena di negara lain juga sama, sebut saja Kucing Macan Tutul Amur di Rusia, Maral/Kucing Macan Tutul Visayan di Filipina.
Sama seperti kucing liar lainnya, Meong Congkok dikategorikan sebagai hewan terancam punah. Bukan hanya karena habitatnya yang sudah tidak memadai, melainkan juga karena eksploitasi yang dilakukan oleh manusia.
Eksploitasi Manusia
Kucing liar biasanya memliki pesonanya sendiri terutama dari bentuk wajah yang unik dan lucu, yang mana hal ini menjadi daya tarik sehingga manusia ingin memeliharanya.
Nasib ini juga menimpa Meong Congkok, kucing hutan yang memiliki wajah lucu dan menggemaskan ini dijadikan bahan eksploitasi manusia. Orang-orang egois menjual, memelihara tanpa izin, membiakkan untuk dikawinkan dengan kucing domestik, berharap menghasilkan Kucing Bengal yang dapat dijual dengan harga puluhan juta rupiah.
Memang, ada izin khusus yang diberikan oleh pemerintah termasuk BKSDA mengenai spesifikasi Meong Congkok yang boleh dipelihara untuk dikembangbiakan atau bahkan dikawinsilangkan.
Namun ironisnya, kucing pemberi gen utama tersebut terancam punah. Lalu apa yang mereka telah lakukan untuk mengatasi kepunahan tersebut?
Tidak ada. Bahkan dari omzet yang puluhan juta hasil breeding, tidak sepeserpun dapat mencegah kepunahan jika mereka terus dieksploitasi.
Fakta ini telah terjadi di Singapura di mana Meong Congkok hanya tersisa beberapa ekor saja di mana pada 2021 hanya tercatat sebanyak 20 ekor.
Menurut pihak konservasi, Singapore Wild Cat Action Group, selain penghilangan hutan, eksploitasi berperan besar dalam kepunahan Meong Congkok di Singapura. Oleh karena itu, pemerintah Singapura menerapkan larangan yang sangat ketat mengenai perkawinan silang antara Meong Congkok dengan kucing domestik.
Eksploitasi ini seolah-olah menegaskan bahwa orang-orang yang membeli Kucing Bengal mengeluarkan uang puluhan juta untuk membunuh Meong Congkok.
Padahal jika kita perhatikan dengan seksama, wajah Kucing Bengal tidak selucu Meong Congkok yang memiliki pola garis yang unik dan cantik. Sebaliknya, justru lebih mirip kucing biasa (kampung), hanya bintik di tubuhnya saja yang mirip.
Akan lebih menyedihkan lagi jika melihat channel Youtube tentang orang yang memelihara Meong Congkok dengan cara tidak wajar di mana mereka terlihat memperlakukan kucing hutan ini layaknya kucing domestik dengan memberi makan makanan manusia.
Perusakan hutan
Selain disebabkan secara langsung oleh tangan manusia, juga terdapat penyebab lainnya yaitu perusakan dan penghilangan hutan.
Hal ini secara tidak langsung telah membunuh Meong Congkok, karena dengan ketiadaan hutan maka ketersediaan makanan juga menurun. Itu dikarenakan mangsa tidak memiliki tempat lagi untuk dijadikan rumah bagi mereka atau bahkan satwa hutan telah banyak ditangkap oleh manusia di mana salah satu contohnya yaitu penangkapan burung untuk dipelihara.
Akibatnya, Meong Congkok akan mencari makanan ke luar hutan, di mana contohnya adalah masuk ke perkampungan warga dan memangsa ayam.
Ketika Meong Congkok memangsa ternak warga, justru yang disalahkan adalah Meong Congkok, padahal mereka hanya mencari makan, sementara tempat mencari makan mereka telah dilenyapkan oleh manusia. Maka tidak heran jika banyak terdapat kasus Meong Congkok dibunuh warga karena memangsa ternak seperti yang terjadi di daerah Asia Selatan di wilayah India dan Bangladesh.
Fakta yang mirip seperti ini juga terjadi di Taiwan, di mana lahan hutan sudah tergerus oleh perkotaan yang menyebabkan Meong Congkok turun ke jalan raya dan akibatnya mereka banyak yang mati karena kecelakaan tertabrak kendaraan.
Konservasi Meong Congkok di negara lain
Berbeda halnya dengan Korea Selatan, channel televisi SBS dengan sungguh-sungguh mempromosikan konservasi Meong Congkok.
Referensi video boleh ditonton di bawah ini dari channel Kritter Klub karena video dari SBS TV tidak diperbolehkan untuk diputar selain di Youtube.
Jika video di atas tidak terdapat subtitle bahasa Indonesia, silakan tonton video SBS pada tautan ini: https://www.youtube.com/watch?v=KYS0JujErAQ.
Dalam video diceritakan bahwa Meong Congkok yang ditemukan tertabrak mobil berhasil diselamatkan, namun mengalami gegar otak sehingga perawatan membutuhkan waktu 2 tahun.
Dalam dua tahun tersebut, Meong Congkok tidak banyak bergerak sehingga berat badan bertambah dan membuat kucing ini menjadi gemuk.
Naluri liarnya semakin besar seiring waktu, namun kucing tidak dapat berburu karena berat badannya. Bahkan ketika melihat seekor ayam pun, Meong Congkok tidak mau bergerak untuk memangsanya.
Pihak konservasi merasa khawatir karena Meong Congkok yang mereka sebut Kucing Macan Tutul ini tidak seharusnya bersifat lemah, dan bahkan tidak mau berburu.
Maka dari itu, mereka memutuskan untuk melatihnya supaya kucing ini kembali liar dan menemukan jati dirinya sebagai kucing pemangsa.
Baru setelah kucing berhasil menjadi kucing hutan sejati, kemudian pihak konservasi melepaskan mereka ke habitat aslinya yaitu hutan.
Catatan
Melalui tulisan ini, aLez ingin mengajak para pembaca - setidaknya menyadari pentingnya melestarikan lingkungan, termasuk hutan.
Apalagi jika kita adalah bagian dari pecinta kucing, maka kita harus peduli dengan keberlangsungan hidup mereka.
© aLeziana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar